KOMPAS.com – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menekankan pentingnya kontekstualisasi wawasan kebangsaan di kalangan generasi muda. Hal ini sebagai upaya merespons tantangan era yang berubah dengan cepat.
"Tantangan bangsa mengalami perubahan. Perang terkini adalah menggunakan model soft power. Cuci otak dengan memanfaatkan lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, hingga teknologi informasi," kata Basarah melalui rilis tertulis, Senin (9/2/2019).
Basarah menegaskan bahwa di dunia maya bisa dengan mudah ditemukan propaganda nilai-nilai dan budaya asing. Mulai dari ekstrimisme agama, paham kebebasan, informasi palsu (hoaks), hingga ujaran kebencian bisa dengan mudah ditemukan di internet.
Baca juga: Golkar dan PDI-P Ingin Penambahan Pimpinan MPR Dibahas Periode Mendatang
Sebagai pengguna internet dan media sosial, tentu saja generasi muda menjadi rentan dan mudah terpapar dengan berbagai propaganda tersebut.
"Tidak jarang generasi muda menelan mentah-mentah informasi tersebut dan turut menyebarkannya tanpa terlebih dahulu melakukan verifikasi" ujar Basarah.
Terhadap fenomena tersebut, perguruan tinggi menurut Basarah memiliki andil penting dalam membentuk Nation and Character lewat wawasan kebangsaan.
Hal ini bisa dimulai dengan menyiapkan tenaga pendidik yang berkarakter Pancasilais. Dengan begini, pengetahuan yang disampaikan tenaga pendidik akan membentuk pola pikir. Pola pikir akan membentuk keyakinan dan perilaku. Perilaku yang diulang terus akan menjadi karakter.
Baca juga: Harapan Besar Pembangunan Bangsa Ada di Tangan MPR Periode 2019-2024
Kedua, imbuhnya, optimalisasi Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Pancasila dalam Kegiatan Mahasiswa di Perguruan Tinggi.
"Diperlukan dukungan dan peran pemerintah untuk memanfaatkan kerja sama dengan organisasi kemahasiswaan seperti ekstra universitas Kelompok Cipayung untuk terlibat membumikan Pancasila di setiap kampus," tegas Basarah.
Terakhir, Basarah juga mengapresiasi kiprah Universitas Islam Malang (Unisma) dalam lansekap pendidikan nasional.
"Harapan kami semoga Unisma terus istiqomah menebar Islam damai, mempropagandakan Islam wasathiyyah atau moderat dengan membawa semangat toleransi dan kebhinekaan," tutup Basarah.