KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ( DPR RI) Puan Maharani menekankan, pentingnya terobosan untuk ketahanan air demi kemakmuran masyarakat dunia.
Hal ini disampaikannya saat menutup jalannya sidang Parliamentary Meeting on The Occasion of The 10th World Water Forum (WWF) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (21/5/2024).
Dalam forum tersebut, wakil generasi muda menyatakan bahwa generasi muda tidak membutuhkan janji, tetapi lebih membutuhkan tindakan konkret dalam pengadaan air bersih.
Hal tersebut, Kata Puan, merupakan tantangan kepada parlemen untuk menjawab kebutuhan generasi muda dan menjawab kepentingan rakyat di seluruh dunia.
Baca juga: Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air
Puan mengungkapkan, setelah melakukan beberapa kali sidang, parlemen dunia telah menyusun suatu communique sebagai wujud upaya bersama parlemen dalam mengatasi krisis air.
“Dalam communique ini, parlemen dunia meneguhkan komitmen untuk memperbaiki alokasi sumber daya dan anggaran yang proporsional untuk air bersih,” ujar Puan dalam keterangan persnya, Rabu (22/5/2024).
Parlemen dunia, kata Puan, juga telah berhasil membahas poin-poin penting dan rekomendasi yang sejalan dengan tema ‘Mobilizing Parliamentary Actions on Water for Shared Prosperity’.
“Arti dari tema ini merupakan air untuk kesejahteraan seluruh manusia tanpa terkecuali. Bersama-sama, kita sepakat untuk menjadikan isu air sebagai agenda prioritas parlemen di negara kita masing-masing dan juga pada tingkat global,” ungkap Puan.
Baca juga: Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih
Puan mengatakan, air merupakan sumber daya yang terbatas. Namun, sebagian dari umat manusia menganggap bahwa air adalah sumber daya yang tidak terbatas.
“Setiap tetes air sangat berharga sehingga kita harus memperlakukan air dengan lebih hati-hati," kata Puan.
Untuk itu, lanjut Puan, parlemen harus menjadi institusi terdepan dalam mengubah paradigma ini sehingga masyarakat di negara masing-masing lebih dapat menghargai air.
“Kita harus mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk memastikan kehidupan yang lebih sehat dan lestari. Kita tidak bisa bekerja secara business as usual, karenanya kita memerlukan terobosan untuk mencapai ketahanan air,” lanjutnya.
Puan menilai, kerja sama internasional dan diplomasi parlemen harus berperan dalam menyelesaikan masalah kelangkaan air. Salah satunya dengan memastikan akses air yang berkeadilan. Ia menyebut bahwa parlemen dunia telah membahas sejumlah hal yang dianggap sangat penting.
Baca juga: Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan
“Di antaranya, mempromosikan pendekatan hak asasi manusia dalam tata kelola air, menggunakan kerangka SDGs untuk memformulasikan kebijakan air yang berkelanjutan, dan menjadikan air sebagai agenda prioritas parlemen dunia melalui IPU (forum parlemen dunia),” ucap Puan.
Pada kesempatan itu, parlemen dunia juga membahas upaya untuk memastikan partisipasi yang inklusif dan melibatkan semua pihak dalam tata kelola air dan kebijakan air.
Puan mengungkapkan bahwa parlemen perlu mendukung pengembangan inovasi dan transfer teknologi air yang berjalan beriringan dengan kearifan lokal.
“Kemarin pemuka teknologi global pada sesi pembukaan WWF ke-10 telah menyampaikan teknologi adalah solusi. Teknologi adalah cara mengubah kelangkaan (scarcity) menjadi keberlimpahan (abundance), termasuk untuk isu air,” jelas Puan.
Baca juga: Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng
Namun, Puan menyebut, teknologi untuk membantu pengadaan air bersih tidak sepenuhnya ada di berbagai negara, termasuk di negara berkembang dan miskin.
Oleh karena itu, ia mendorong agar parlemen dunia segera memfasilitasi penyebaran teknologi pengadaan air.
“Pertemuan kita ini juga telah mendiskusikan upaya mengatasi krisis air sebagai bagian dari upaya mengatasi perubahan iklim. Hal ini sebagai bagian adaptasi perubahan iklim. Kita juga mendorong pembiayaan multi pihak yang inovatif untuk mendukung upaya konservasi sumber daya air,” ujarnya.
Menurutnya, dalam pertemuan ini perlu membentuk komunitas parlemen global untuk isu air yang mewadahi pertukaran gagasan dan kolaborasi antar anggota parlemen.
Ia menilai, isu ini perlu menjadi bagian dari pembahasaan yang lebih mengemuka dari diplomasi parlemen, seperti pada IPU dan organisasi parlemen regional. Pasalnya, suara parlemen adalah suara rakyat yang harus memberitakan isu air di tingkat global.
Baca juga: Buka Fair and Expo WWF 2024 Bali, Puan: Peluang Bagus untuk Promosi
“Parlemen harus berada di garda terdepan dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya isu air,” tegas Puan.
Dalam forum ini, Puan juga mengingatkan kepada peserta bahwa tanpa air tidak ada kemajuan suatu negara.
Ia menilai, potensi air sangat besar sebagai sumber energi, sumber untuk produksi pertanian, dan sumber transformasi menuju kemajuan ekonomi.
Untuk itu, kata Puan, memperbaiki akses terhadap air bersih juga salah satu cara terbaik untuk mengurangi ketimpangan serta mengatasi masalah stunting dan kesehatan.
Puan menyampaikan pula apresiasi kepada seluruh delegasi parlemen, organisasi internasional, dan semua pihak yang terlibat aktif dalam forum ini.
Tak lupa, ia juga memberikan apresiasi kepada IPU atas dukungannya dalam menyukseskan pertemuan ini.
Baca juga: Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air
“Saya ingin kita semua membawa hasil pertemuan ini ke ruang sidang parlemen di negara kita masing-masing. Kita harus merefleksikan diskusi pada pertemuan ini untuk menjadi pembahasan lebih mendalam di negara masing-masing,” tutur Puan.
Puan pun mengajak parlemen global untuk menerjemahkan komitmen menjadi tindakan konkret di negara masing-masing. Dengan ini, parlemen bisa menjawab tantangan dari generasi muda dalam mengatasi kelangkaan air.
Secara resmi, Puan menutup Parliamentary Meeting on The Occasion of The 10th World Water Forum atau Pertemuan Parlemen pada World Water Forum ke-10 ditandai dengan pengetukan palu sebanyak tiga kali.
“Saya nyatakan pertemuan ini dengan resmi ditutup. Saya ucapkan selamat jalan kepada seluruh delegasi,” tutup Puan.
Baca juga: Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara
Seperti diketahui, DPR RI bersama Inter-Parliamentary Union (IPU) menjadi tuan rumah dalam sidang tersebut. Kegiatan ini dihadiri oleh 231 partisipan dari 49 negara, termasuk beberapa speaker dari Ketua Parlemen.
Pertemuan ini merupakan bagian dari Sidang World Water Forum ke-10. Di tahun ini, Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah bersama World Water Council (WWC) atau Dewan Air Dunia.