KOMPAS.com - Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR) Republik Indonesia (RI) Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah melakukan langkah antisipatif jelas dalam menghadapi ancaman varian Omicron.
Langkah antisipatif tersebut, kata dia, bukan sekadar mengeluarkan imbauan lanjut usia ( lansia) untuk tidak keluar rumah.
"Pandemi telah memasuki tahun ketiga, pemerintah seharusnya telah memiliki pola penanganan dan langkah antisipatif yang jelas dalam menghadapi setiap perkembangan baru, termasuk ancaman Omicron yang lebih mudah tingkat penularannya,” ujar Netty dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (7/2/2022).
Menurut Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR itu, saat ini masyarakat membutuhkan bahasa positif yang menunjukkan kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi tantangan puncak gelombang ketiga Covid-19.
Baca juga: Sehari Konfirmasi Covid-19 Indonesia Naik 36.057 Kasus, Apakah Sudah Puncak Gelombang Ketiga?
Bahasa positif yang dimaksud seperti sosialisasi dan informasi tentang peningkatan infrastruktur kesehatan, ketersediaan ranjang rawat dan ruang intensive care unit (ICU), kecukupan alat dan bahan medis, serta percepatan pencapaian target vaksinasi.
Sosialisasi hingga pencapaian target vaksinasi tersebut dirasa lebih menenangkan daripada informasi larangan lansia keluar rumah.
Sebab, sejak awal pandemi, imbauan tinggal di rumah saja apalagi untuk lansia dengan penyakit penyerta adalah hal yang sudah dipahami.
"Tentunya kami tidak ingin masyarakat berpersepsi ada ancaman kondisi buruk di balik imbauan tersebut," kata Netty.
Baca juga: UPDATE 7 Februari: Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua Capai 62,96 Persen dari Target
Oleh karenanya, ia meminta pemerintah agar menjelaskan percepatan target vaksinasi untuk lansia dan anak-anak di bawah 12 tahun.
Permintaan tersebut termasuk capaian target vaksinasi di daerah yang masih belum memenuhi minimal 70 persen target dosis lengkap.
"Prediksi pemerintah tentang puncak gelombang ketiga harus sudah diikuti dengan kesiapsiagaan rumah sakit (rs) dan segala infrastruktur penunjangnya. Bagaimana langkah antisipasi dalam menghadapi kondisi terburuk? Bagaimana kesiapan obat-obatan, ranjang rawat, tenaga medis? Hal inilah yang perlu dijelaskan pada masyarakat secara terbuka," ujar Netty.
Adapun hal lain yang perlu disampaikan pada masyarakat, lanjut Netty, adalah kesiapan dukungan obat-obatan, suplemen, dan telemedicine atau konsultasi online untuk para pasien isolasi mandiri (isoman).
Baca juga: Daftar Obat Covid-19 Gratis yang Diterima Pasien Isoman Lewat Telemedisin
Belajar dari pengalaman menghadapi gelombang serangan varian Delta, kata dia, pemerintah harus lebih siap dan siaga dari segala sisi.
Tak kalah penting, Netty meminta pemerintah dan para pejabatnya agar menjadi contoh yang baik dalam penegakan disiplin protokol kesehatan (prokes).
"Jangan sampai masyarakat diminta diam di rumah, sementara kunjungan kerja pemerintah yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa, seperti di Danau Toba terus dilakukan,” jelasnya.