KOMPAS.com - Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Puan Maharani mengatakan, imunitas anak terhadap virus Corona akan terbentuk dengan vaksinasi Covid-19.
Dengan begitu, kata dia, dapat melindungi anak-anak dari risiko terpapar. Terlebih, ketika pembelajaran tatap mulai mulai digelar, tubuh anak dapat lebih kuat melawan Covid-19.
“Semoga vaksinasi anak ini dapat mempercepat realisasi pembelajaran tatap muka yang rencananya dilaksanakan pada Juli 2021. Tapi ingat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) ya,” kata Puan, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (29/6/2021).
Oleh karena itu, ia mengajak para orangtua untuk memvaksinasi anak-anaknya di sentra vaksinasi Covid-19.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Solo Sasar Siswa SMA Berusia 18 Tahun
Hal itu disampaikan Puan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengizinkan penggunaan vaksin Sinovac dengan dosis 600 SU/0,5 mililiter (ml) untuk anak-anak usia di atas 12 tahun ke atas.
“Ayo para orangtua Indonesia siap-siap untuk mengajak anak vaksinasi. Ini saatnya untuk memberikan anak-anak kita perlindungan terbaik terhadap virus Covid-19,” ucapnya.
Puan menjelaskan, berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jumlah kasus Covid-19 dengan pasien anak mencapai 12,5 persen dari total kasus Covid-19 di Indonesia.
Adapun BPOM mengizinkan penggunaan vaksin Sinovac Bio Farma untuk anak-anak usia di atas 12 tahun setelah dilakukan uji klinis.
Baca juga: Vaksin Sinovac Disetujui untuk Anak Usia 12-17 Tahun di Indonesia
“Tak hanya uji klinis, perizinan tersebut juga melihat dari pertimbangan data epidemiologi Covid-19 di Indonesia yang menunjukkan mortalitas tinggi pada usia 10-18 tahun,” jelas Puan.
Menurut politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu, lonjakan kasus Covid-19 pada anak-anak membuktikan bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja.
Waktu awal masa pandemi, tidak ada yang menyangka bahwa anak-anak akan terpapar virus ini, tetapi seiring berjalannya waktu nyatanya terjadi juga.
“Berarti ibu-ibu harus lebih bawel lagi soal prokes kepada keluarganya. Saya ini juga seorang ibu. Setiap hari selalu ingatkan anak-anak saya untuk jaga prokes, padahal usia mereka sudah bukan anak kecil lagi. Akan tetapi maklumlah, saya ini juga ibu-ibu,” ujar Puan.
Baca juga: Ingatkan Warga Patuhi Prokes, Wali Kota Tangsel: Nakes Sudah Kelelahan Fisik dan Psikis
Di lain sisi, mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) ini menyadari bahwa beban orangtua, terutama seorang ibu di rumah sungguh berat.
Terlebih, bagi mereka yang masih memiliki buah hati usia sekolah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menambah tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak.
“Biasanya kan yang bantu anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sekolah atau tugas-tugas lain itu ibu. Padahal ibu juga masih ada yang harus bekerja meskipun work from home (wfh),” ujar Puan.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa peran untuk memastikan keselamatan anak ada di tangan kedua orangtua. Oleh karenanya, ayah dan ibu harus bekerja bersama.
Baca juga: Simak, 3 Peran Penting Anak Jaga Kesehatan Orangtua Usia Lanjut
“Berbagi tugas supaya orangtua tidak burnout, karena mengasuh anak kan butuh kesabaran ekstra,” imbuh Puan.
Dalam kesempatan itu, Puan berpesan, setelah dilakukan vaksinasi, orangtua harus menjaga asupan gizi anak tetap cukup dan seimbang.
Kegiatan tersebut, sebut Puan, dapat dilakukan melalui gerakan “Isi Piringku”. Gerakan ini mengedukasi orangtua tentang pola kebiasaan konsumsi makanan sehat.
Tak hanya itu, gerakan “Isi Piringku” bertujuan mengangkat makanan khas daerah, yang diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Siswa, Ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Saat Belajar Tatap Muka
Perilaku bersih dan sehat yang dimaksud seperti kebiasaan cuci tangan, banyak beraktivitas fisik, rutin memantau berat badan agar tetap normal, serta banyak minum air putih.
“Sejak 2017, saya dorong gerakan ‘Isi Piringku’ dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang. Hal ini bermakna 10 pesan gizi seimbang dengan porsi makanan yang terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan,” kata legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah (Jateng) V tersebut.
Pada masa pandemi ini, lanjut Puan, asupan gizi yang baik sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, terutama anak-anak dari berbagai penyakit menular.
Ketika masih menjabat Menko PMK, salah satu agenda kerja Puan adalah memperbaiki gizi anak Indonesia serta menurunkan angka stunting pada anak.
Menurutnya, hal itu penting karena menyangkut masa depan sumber daya manusia (SDM) bangsa berkualitas yang memiliki produktivitas optimal.
Baca juga: Atasi Stunting, Kemendikbud Ristek Gelontor Dana Rp 27 Miliar
Puan mengutip data riset kesehatan dasar tahun 2013, bahwa prevalensi gizi kurang pada bayi lima tahun (balita) sebesar 19,6 persen, obesitas sentral 26,6 persen. Kemudian, masalah stunting atau perawakan pendek pada balita 37,2 persen.
“Makanya waktu itu saya dorong terus supaya persentase penyakit stunting bisa ditekan sampai mendekati batas minimal yang ditetapkan World Health Organization (WHO) sebesar 20 persen dari jumlah bayi,” ucap Puan.
Adapun pada 2016, lanjut dia, angka stunting turun sekitar 30 persen dan tahun 2017 sudah turun menjadi 27,5 persen.
Baca juga: Cegah Anak Stunting, Konsumsi Susu Perlu Ditingkatkan
Meski demikian, pemerintah harus melanjutkan menurunkan angka ini hingga mencapai batas minimal dari WHO.
“Dorong terus sampai kurang dari 20 persen. Semakin sehat anak-anak kita, semakin kuat imunitas mereka dalam melawan Covid-19 sehingga tidak mudah terpapar,” tutup Puan.