KOMPAS.com – Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan sudah saatnya Indonesia memikirkan kembali untuk menulis ulang sejarah bangsa (rewriting history) yang selama ini dipengaruhi Belanda.
Hal tersebut diungkapkan Fadli Zon saat menghadiri Bedah Buku Indonesia Tidak Pernah Dijajah karya Batara R. Hutagalung di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa (20/08/2019).
Melalui buku ini, kata Fadli, Batara dengan berani ingin meluruskan sejarah dan fakta-fakta yang selama ini dipercayai oleh Bangsa Indonesia dan juga dunia bahwa Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun.
"Buku 'Indonesia Tidak Pernah Dijajah' sangat tepat diluncurkan setelah perayaan HUT RI ke-74 sehingga dapat mengingatkan masyarakat pada sejarah, utamanya apakah benar Indonesia terjajah," jelasnya.
Baca juga: Fadli: Kerusuhan Manokwari Harus Ditangani dengan Pendekatan Bijaksana
Pasalnya, lanjut Fadli, yang dijajah pada waktu itu adalah kesultanan-kesultanan dan belum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Fadli mengaku telah mengenal Batara sejak 20 tahun lalu. Batara punya fokus pada sejarah Indonesia dan terus memperjuangkan hutang kehormatan Belanda sebagai Ketua Umum Komite Utang Kehormatan Belanda (KUB).
Sebab, Belanda memiliki banyak hutang atas pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan di masa lampau.
Baca juga: Museum DPR RI Jadi Objek Vital Perjalanan Parlemen Indonesia
Bahkan, sampai saat ini Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia secara de jure, yakni 17 Agustus 1945. Belanda hanya mengakui secara de facto.
“Meski sudah puluhan tahun berlalu, hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk terus diperjuangkan,” imbuhnya.
Fadli percaya bahwa buku ini lahir secara organik dari penelitian Batara, karena seorang sejarawan sejati tidak hanya membaca buku intelektual mainstream, tetapi juga harus mengasah pisaunya sendiri untuk benar-benar menguak sejarah.
“Batara juga seorang sejarawan yang aktif. Bukan tipe yang berdiri di menara gading. Dia mengungkapkan bagaimana perjalanan bangsa menentukan positioning kita lewat sejarah,” tutup Fadli.