Presiden Jokowi Diminta Perbaiki Capaian di Sektor Ekonomi

Kompas.com - 05/07/2019, 20:57 WIB
Kurniasih Budi

Editor


KOMPAS.com -  Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, berharap Presiden Joko Widodo dan tim ekonominya bekerja lebih keras selama lima tahun mendatang.

Menurut dia, kinerja pemerintah di bidang ekonomi selama ini belum optimal. Pasalnya, target perekonomian secara umum selama lima tahun terakhir relatif belum sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

“Secara umum, di bidang ekonomi melihat kinerja perekonomian dari sisi pertumbuhan. Karena pertumbuhan tersebut merepresentasikan segala aktivitas yang ada di masyarakat. Ultimate goal-nya adalah bagaimana ekonomi dapat tumbuh dengan baik dan merata,” kata Eko saat diskusi bertema “Plus Minus Paket Menteri Ekonomi di kabinet Jokowi” di ruang Media Center, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/7/2019).

Baca juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Sebabnya

Pada awal pemerintahan Presiden Jokowi, sambung dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,8 persen.

Dengan berbagai kebijakan dan terobosan, pemerintah mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga mencapai di atas 5 persen.

Menurut dia, sejumlah menteri yang duduk di kabinet pada masa awal pemerintahan Jokowi memang belum tepat. Dengan begitu, capaian kerja pemerintah di sektor ekonomi saat itu belum optimal.

Perubahan terjadi ketika Jokowi mengganti sejumlah menteri. Hasilnya, imbuh dia, pertumbuhan ekonomi pun membaik.

”Artinya ada kinerja di sana,” kata dia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Bakal Melandai di Kuartal II 2019, Mengapa?

Namun demikian, Eko menilai Jokowi memasang target pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi yakni rata-rata 7 persen.

“Hasilnya sekarang ini hanya mencapai di kisaran 5 persen,” kata dia.

Ia berpendapat, Jokowi mesti mengocok ulang tim ekonomi yang ada saat ini. Menurut dia, Jokowi membutuhkan orang-orang yang dapat mengimplementasikan target pertumbuhan ekonomi tersebut.

Ilustrasi lulusan perguruan tinggi susah cari kerja dan menjadi pengangguran ketika lulusThinkstock Ilustrasi lulusan perguruan tinggi susah cari kerja dan menjadi pengangguran ketika lulus

Sementara itu, anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, mengakui target pertumbuhan ekonomi Indonesia belum tercapai.

Di sisi lain, ia melanjutkan, angka kemiskinan, pengangguran, dan gini ratio berkurang.

Ia berharap, pada periode kedua kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo mampu meningkatkan capaiannya.
 
Masalah lainnya, imbuh dia, penerimaan pajak tidak tercapai. Oleh karenanya, Presiden Jokowi mesti berani mengambil langkah-langkah agar target penerimaan pajak tercapai.

"Penerimaan negara 65 persen berasal dari pajak, kalau pajak itu tidak tercapai pasti efeknya tinggi kepada APBN. Kalau penerimaannya tidak tercapai, pasti pengeluarannya juga menjadi tidak maksimal dan hutang negara juga akan bertambah,” ujar Maruarar.

Sejumlah warga mengikuti program Amnesti Pajak di Kantor Pajak Kota Tangerang, Jumat (30/9/2016). Hari ini hari terakhir pelaporan pengampunan pajak tahap pertama, Program ini diadakan untuk meringankan pembayaran pajak. KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Sejumlah warga mengikuti program Amnesti Pajak di Kantor Pajak Kota Tangerang, Jumat (30/9/2016). Hari ini hari terakhir pelaporan pengampunan pajak tahap pertama, Program ini diadakan untuk meringankan pembayaran pajak.

Menurut dia, salah satu penyebab terhambatnya capaian di sektor ekonomi adalah kinerja tim ekonomi yang duduk di kabinet tidak mumpuni.

Saat ini, sebagian menteri di bidang perekonomian berlatar belakang akademisi dan birokrat. Sedangkan, menteri berlatar belakang pengusaha jumlahnya relatif sedikit.

“Menurut saya, sudah saatnya dilakukan kombinasi. Jangan kebijakan-kebijakan presiden yang sudah pro-rakyat malah tidak didukung oleh menterinya. Sebab, menteri adalah pembantu presiden, dan yang juga memiliki visi misi adalah presiden bukan menteri,” kata dia.

Baca juga: Penerimaan Negara Menunjukkan Sinyak Tak Sebagus Tahun Lalu
 
Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Andy Akmal Pasluddin mengatakan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen tidak tercapai.

Dampaknya, lanjut dia, target mengurangi jumlah orang miskin dan pengangguran pun tidak terlalu bagus.

“Baru terjadi dalam sejarah, angka kemiskinan turun di bawah dua digit,” jelas Akmal.
 
Ia mengusulkan, Presiden Jokowi melakukan pembatasan impor dan masuknya tenaga kerja asing yang tidak memiliki keterampilan.

Pelbagai pelatihan digelar agar anak-anak muda memiliki keterampilan serta mampu bekerja menunjukkan produktivitasnya. Salah satunya lewat program pembangunan 1.000 Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas di lingkungan pondok pesantren se-Indonesia. Dok Istimewa Pelbagai pelatihan digelar agar anak-anak muda memiliki keterampilan serta mampu bekerja menunjukkan produktivitasnya. Salah satunya lewat program pembangunan 1.000 Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas di lingkungan pondok pesantren se-Indonesia.
Ia pun berpendapat, pemerintah perlu memperkuat kewenangan sejumlah menteri.

“Terkait ekonomi kreatif, harus diberikan ruang bagi generasi muda selaku penerus bangsa. Selain itu, perbaiki pelayanan pemerintahan,” ujar dia.
 
Sementara itu, Anggota DPR RI Fraksi Golkar Mukhamad Misbakhun menilai, pertumbuhan ekonomi bukanlah segala-galanya.

Pemerintahan Joko Widodo lima tahun mendatang perlu memperhatikan kesenjangan ekonomi rakyatnya.

“Kalau pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi kesenjangan tetap terjadi, maka arti pertumbuhan ekonominya menjadi tidak tercapai. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dapat menyejahterakan masyarakat,” ujar dia.

Mundi Daman, siswa kelas XI di sebuah SMA di Waisai, Raja Ampat, mendampingi wisatawan yang berkunjung ke Kali Biru di distrik Teluk Mayalimbit, Kabupaten Raja Ampat, Jumat (4/5/2018).KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Mundi Daman, siswa kelas XI di sebuah SMA di Waisai, Raja Ampat, mendampingi wisatawan yang berkunjung ke Kali Biru di distrik Teluk Mayalimbit, Kabupaten Raja Ampat, Jumat (4/5/2018).
Misbakhun menambahkan, tax ratio Indonesia yang rendah terjadi karena adanya permasalahan yang bersifat struktural di dalam postur APBN.

Penerimaan negara dalam APBN dinilai tidak optimal, sementara itu biaya bunga naik. Oleh karenanya, tim ekonomi mesti memprioritaskan untuk merampungkan persoalan itu.

“Yang kita cari sebenarnya bukanlah orang-orang dipuji oleh luar negeri, reputasinya internasional dengan berbagai macam penghargaan, tetapi menteri yang loyal seratus persen kepada presidennya,” ujar dia.
 

Terkini Lainnya
Peringati Hati Antikorupsi Sedunia, Puan Maharani: Perempuan Harus Jadi Benteng Awal Melawan Korupsi

Peringati Hati Antikorupsi Sedunia, Puan Maharani: Perempuan Harus Jadi Benteng Awal Melawan Korupsi

DPR
Titiek Soeharto: Perempuan  Punya Peran Penting untuk Mencegah Korupsi

Titiek Soeharto: Perempuan Punya Peran Penting untuk Mencegah Korupsi

DPR
Tingkatkan Daya Saing Global, Komisi VII DPR RI Dorong Transformasi Digital PT PAL

Tingkatkan Daya Saing Global, Komisi VII DPR RI Dorong Transformasi Digital PT PAL

DPR
Sampaikan Hasil Kerja DPR, Puan Pastikan Anggota DPR Bakal Kawal Aspirasi Rakyat

Sampaikan Hasil Kerja DPR, Puan Pastikan Anggota DPR Bakal Kawal Aspirasi Rakyat

DPR
DPR RI Resmi Sahkan RUU Penyesuaian Pidana Jadi UU

DPR RI Resmi Sahkan RUU Penyesuaian Pidana Jadi UU

DPR
Resmi, DPR Tetapkan Pansus RUU Desain Industri dan Pansus RUU Hukum Perdata Internasional

Resmi, DPR Tetapkan Pansus RUU Desain Industri dan Pansus RUU Hukum Perdata Internasional

DPR
Bangun Ikatan Emosional, DPR dan Jurnalis Parlemen Perkuat Komitmen

Bangun Ikatan Emosional, DPR dan Jurnalis Parlemen Perkuat Komitmen "Open Parliament"

DPR
Puan Tegaskan Komitmen RI Perkuat Kerja Sama Strategis dengan China

Puan Tegaskan Komitmen RI Perkuat Kerja Sama Strategis dengan China

DPR
DPR RI–Parlemen Hungaria Bahas Kerja Sama di Bidang Pendidikan hingga Keamanan Siber

DPR RI–Parlemen Hungaria Bahas Kerja Sama di Bidang Pendidikan hingga Keamanan Siber

DPR
Puan Minta Pejabat Jaga Ucapan saat Tanggapi Bencana: Prioritaskan Empati, Bukan Komentar

Puan Minta Pejabat Jaga Ucapan saat Tanggapi Bencana: Prioritaskan Empati, Bukan Komentar

DPR
Tetapkan Pedoman Pengelolaan TVR Parlemen, DPR Perkuat Kualitas Penyiaran untuk Transparansi Informasi Publik

Tetapkan Pedoman Pengelolaan TVR Parlemen, DPR Perkuat Kualitas Penyiaran untuk Transparansi Informasi Publik

DPR
Sampaikan Duka Cita, Adies Kadir Ajak Dunia Usaha Perkuat Pemulihan di Aceh, Sumut, dan Sumbar

Sampaikan Duka Cita, Adies Kadir Ajak Dunia Usaha Perkuat Pemulihan di Aceh, Sumut, dan Sumbar

DPR
Puan Maharani Terima Kunjungan Ketua MPR China, Minta Kemitraan RI-China Ditingkatkan Lagi

Puan Maharani Terima Kunjungan Ketua MPR China, Minta Kemitraan RI-China Ditingkatkan Lagi

DPR
Wakil Ketua DPR: Hubungan RI–Hungaria Masuki Fase Kemitraan yang Semakin Konkret

Wakil Ketua DPR: Hubungan RI–Hungaria Masuki Fase Kemitraan yang Semakin Konkret

DPR
Komisi VII Sebut Penguatan Standardisasi Jadi Kunci Tata Kelola Industri Nasional

Komisi VII Sebut Penguatan Standardisasi Jadi Kunci Tata Kelola Industri Nasional

DPR

Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com